Selamat Datang di Blog Sandi Wahyu

Informasi tentang apa aja di Semarang dan sekitarnya.





Semoga Blog ini dapat bermanfaat...
Tuhan Yesus memberkati...
GBU...

Kamis, 18 April 2013

PKM AI


BAB I

PENDAHULUAN


1.1.            Latar Belakang
            Pernah berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII)? Kalaupun belum, kita pasti pernah mendengar namanya. Tempat ini digunakan untuk mengenalkan berbagai rumah dan pakaian di seluruh Indonesia. Karena memang di sinilah seluruh rumah adat di Indonesia “berkumpul” dalam satu tempat.
Semarang juga punya tempat semacam itu. Namanya Puri Maerokoco. Nama ini diambil dari salah satu bagian epos Mahabarata yang  menceritakan tentang keinginan salah seorang dewi memiliki seribu bangunan hanya dalam waktu satu malam.
Puri Maerokoco yang juga merupakan Taman Wisata Budaya Jawa Tengah adalah salah satu bagian taman dari kawasan PRPP (Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan) Jawa Tengah yang terletak di komplek Tawang Mas Semarang yaitu komplek pengembangan kawasan baru di Semarang Barat yang terdiri dari pemukiman, perkantoran, perdagangan, olah raga, rekreasi dan pariwisata.
Taman ini diwujudkan dengan pulau yang merupakan gambaran miniatur Jawa Tengah dibatasi oleh laut Jawa dan Samudra Indonesia. Di luar miniatur ini terdapat jalan keliling lebar 6 m yang bisa dipakai untuk kereta mini dan sebagainya.
“Taman Mini” Maerokoco  menjadi salah satu bagian dari PRPP Jawa Tengah yang diresmikan pada tahun 1980an oleh Gubernur Ismail. Konon, Puri Mearokoco dibangun untuk memberikan pengetahuan  kebudayaan bagi masyarakat dengan membuat tempat ini mirip dengan keadaam yang sebenarnya.
Fungsi tersebut tentu saja di luar fungsinya  sebagai sarana promosi potensi wilayah Jawa Tengah. Terdiri dari 35 anjungan, Puri Merokoco berusaha menampilkan “wajah” 35 kabupaten/kota di seluruh Jawa Tengah.
            Namun sayang, kondisi obyek wisata ini mulai memprihatinkan. Selain sepi, sejumlah anjungan tampak tak terawat. Menurut penuturan salah seorang penjaga anjungan,  saat ini anggaran yang diberikan dari masing-masing pemerintah daerah sebagai pemilik anjungan sangat minim. Akibatnya, para penjaga mengaku tidak dapat berbuat lebih dan hanya bisa berharap pemerintah daerah sadar akan potensi telah mendirikan anjungan di Puri Maerokoco.

1.2.            Rumusan Masalah
            Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang dikaji dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa yang menyebabkan Maerokoco menjadi sepi pengunjung?
2.    Bagaimana strategi pengembangan untuk memajukan kembali Maerokoco?

1.3.            Tujuan Penulisan
            Karya tulis ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.    Mencari solusi nyata untuk memajukan kembali Maerokoco sebagai tempat wisata kebanggaan Kota Semarang.
2.    Mebuat terobosan-terobosan untuk mengembangkan Maerokoco.

1.4.            Manfaat Penulisan
Karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:
1.    Secara teoritis, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khasanah ilmu pengetahuan sosial. Selain itu, dapat memberikan informasi mengenai tempat wisata di Kota Semarang.
2.    Secara praktis, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi banyak pihak khususnya Pemerintah Kota Semarang serta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk segera membenahi Puri Maerokoco.

1.5.            Sistematika Penulisan
            Sistematika penulisan karya tulis ini terbagi menjadi lima bab yang dijabarkan sebagai berikut ini:
1.        Bab I Pendahuluan terdiri atas:
·           Latar Belakang
·           Perumusan Masalah
·           Tujuan Penulisan
·           Manfaat Penulisan
·           Sistematika Penulisan.
2.        Bab II Tinjauan Pustaka yang berisi tentang:
·           pengertian pariwisata dan kebudayaan
·           manajemen
·           pemasaran
·           marketing mix yang dijabarkan lagi menjadi:
·           produk
·           harga
·           promosi
·           analisis SWOT
3.        Bab III Metode Penulisan terdiri dari:
·           pendekatan penulisan
·           sumber penulisan
·           sasaran penulisan
·           tahapan penulisan
4.        Bab IV Pembahasan yang terdiri dari:
·           Puri Maerokoco
·           Anjungan Jepara di Maerokoco
·           Gambaran Umum Puri Maerokoco
·           Ide Pengembangan untuk Maerokoco
5.        Bab V ditutup dengan simpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1.            Pengertian Pariwisata dan Kebudayaan
            Pariwisata, Budaya, Wisata Budaya dan Pariwisata Budaya Dari sejumlah definisi “Cultural Tourism” atau Pariwisata Budaya atau “Wisata Budaya” yang ada, tidaklah terlalu mudah untuk menentukan definisi mana yang paling tepat untuk digunakan terutama bila dikaitkan dengan kepariwisataan Indonesia. Sebelum menilik pada keterkaitan antara kata “pariwisata” dan “budaya“, ada baiknya kita telah terlebih dahulu masing-masing kata tersebut.
Kata pariwisata atau dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan tourism sering sekali diasosiasikan sebagai rangkaian perjalanan (wisata, tours/traveling) seseorang atau sekelompok orang (wisatawan, tourist/s) ke suatu tempat untuk berlibur, menikmati keindahan alam dan budaya (sightseeing), bisnis, mengunjungi kawan atau kerabat dan berbagai tujuan lainnya. Organisasi pariwisata sedunia, World Tourism Organization (WTO), mendefinisikan pariwisata (tourism) sebagai  ”activities of person traveling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes”.
            Menurut Koentjaraningrat (1978:180) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Sedangkan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan  wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha yang terkait dibidang tersebut. (UU RI No. 09 Tahun 1990)
Kata kebudayaan dapat dipahami dalam tiga aspek, yaitu aspek material, perilaku dan ide. Dalam bentuk material mencakup antara lain, peralatan hidup, arsitektur, pakaian, makanan olahan, hasil-hasil teknologi dan lain-lain. Dalam wujud perilaku mencakup kegiatan ritual perkawinan, upacara-upacara keagamaan atau kematian, seni pertunjukan, keterampilan membuat barang-barang kerajinan dan lain-lain. Dalam wujud ide mencakup antara lain sistem keyakinan, pengetahuan, nilai-nilai dan norma-norma. Koentjaraningrat (1978:186).

2.2.            Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage, yang berarti mengukur. Dalam hal mengatur akan timbul masalah, proses dan pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa yang mengatur, mengapa harus diatur, dan apa tujuan dari pengaturan tersebut. Manajemen juga menganalisa, menetapkan tujuan atau sasaran, serta mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban secara baik, efektif dan efisien.
Menurut Stephen P.  Robbins, marry collter  (2004:6) mengatakan bahwa:
“Manajemen sebagai proses mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga secara efisien dan efektif dengan melalui orang lain.”
Menurut Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan penawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan  sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen memiliki tujuan tertentu , berhasil tidaknya tujuan itu tergantung kepada kemampuan memanfaatkan segala yang ada, dan manajemen itu sendiri merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.

2.3.            Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting yang dilakukan pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Dengan adanya kegiatan pemasaran maka akan dapat diketahui kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat digunakan oleh perusahaan sebagai dasar pengolahan bagi kegiatan produksi. Untuk itu perusahaan berusaha untuk mengetahui apa yang dibutuhkan konsumen serta selalu mengadakan reaksi apabila terjadi perubahan dalam kebutuhan tersebut.
Pengertian pemasaran menurut beberapa ahli kelihatannya berbeda satu sama lainnya, meskipun sebenarnya sama. Hal ini karena sudut pandang tersebut berbeda. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian pemasaran akan dikemukakan dari beberapa ahli.
Menurut Philip Kotler, (2001) pemasaran adalah satu proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.
Menurut William J. Stanton, (2004) pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dam mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada konsumen saat ini maupun konsumen pontensial.
Definisi ini menunjukkan bahwa pemasaran adalah sebagai suatu sistem dari kegiatan yang berhubungan, yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa kepada kelompok pembeli.

2.4              Marketing Mix
2.4.1    Produk
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan penjualan, setiap perusahaan perlu mengadakan usaha pengembangan produk yang dihasilkan kearah yang lebih baik, sehingga memberikan daya guna dan daya tarik yang lebih besar. Cara dan penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju, dapat memuaskan para konsumennya dan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jamgka panjang melalui peningkatan penjualan.
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan di pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran (Assuari, 1996: 82). Sedangkan menurut Kotler (1997: 9), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan.
Menurut Kotler, produk dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan berdasarkan manfaat penggunaannya, antara lain:
a.         Inti Produk ( Core Benefit)
Merupakan manfaat dasar yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pemakainya.
b.        Produk Dasar (Basic Product)
Pada tingkat ini pemasar harus mengubah manfaat inti menjadi produk dasar.
c.         Produk yang Diharapkan (expected product)
Merupakan suatu set atribut kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui pembeli ketika membeli suatu produk.
d.        Produk yang Ditingkatkan (Augmented product)
Merupakan tambahan dari produk inti yang memenuhi keinginan pelanggan itu melampui harapan mereka.
e.         Produk potensial (potential product)
Mencakup semua peningkatan dan transformasi yang akhirnya akan dialami produk itu dimasa depan.

Produk merupakan salah satu unsur penting karena dapat mempengaruhi pemasaran. Produk yang berkualitas tinggi akan diminati oleh banyak konsumen. Sehingga penjualan juga akan meningkat. Dengan demikian, jenis produk yang dihasilkan akan menentukan kegiatan promosi yang dibutuhkan, penentuan harga dan cara penyalurannya. Konsumen dalam membeli barang atau jasa dipergunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Dengan kata lain, produk yang dibeli tidak dilihat dari harga yang mahal tetapi sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Bauran produk adalah kumpulan dari semua produk dan unit produk yang ditawarkan penjual tertentu pada pembeli (Kotler, 1997: 453). Pada dasarnya bauran produk suatu perusahaan memiliki lebar, panjang, kedalaman dan konsistensi tertentu.

1)        Lebar bauran produk, mengacu pada berapa banyak macam lini produk perusahaan tersebut.
2)        Panjang bauran produk, mengacu pada jumlah unit produk dalam bauran produknya.
3)        Kedalaman bauran produk, mengacu pada berapa banyak varian yang ditawarkan tiap produk dalam lini tersebut.
4)        Konsistensi bauran produk, mengacu pada seberapa erat hubungan berbagai lini produk dalam hal penggunaan akhir, pernyataan produksi atau hal lainnya.

Keempat dimensi bauran produk tersebut memungkinkan perusahaan untuk memperluas bisnisnya dengan empat cara. Perusahaan dapat menambah lebih banyak varian produk pada tiap produk dan dapat memperdalam bauran produknya. Akhirnya, perusahaan dapat mengejar lagi konsistensi lini produknya yang lebih kuat.
Dalam penyediaan barang atau produk dalam kegiatan usahanya para pengusaha memerlukan suatu perencanaan yaitu perencanaan barang. Perencanaan barang mencakup semua kegiatan produsen dan penyalur untuk menentukan susunan produk linenya.
Produk line adalah sekelompok barang yang pokoknya mempunyai tujuan penggunaan sama dan memiliki karakteristik yang hampir sama (Basu Swasta, 2001:117). Jadi dalam suatu produc line terdapat barang-barang yang cenderung sama baik tujuan penggunanya maupun karakteristik fisiknya. Sedangkan satu jenis barang yang terdapat dalam produc line disebut produc item. Dan seluruh barang yang ditawarkan perusahaan dinamakan produk mix.

2.4.2    Harga
Harga adalah jumlah rupiah yang bisa dibayar oleh pasar (Colin, 2003: 106). Harga menurut sudut pandang pemasaran merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (barang dan jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa. Harga memliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli yaitu peranan alokasi dan peranan informasi (Tjiptono,2002: 151-152).
Harga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan, sedangkan pendapatan lain menimbulkan biaya. Harga merupakan salah satu elemen yang flexibel, karena harga dapat diubah dengan cepat. Namun ada beberapa perusahaan yang tidak menangani penetepan harga dengan baik, harga tidak sering divariasi untuk mengambil keuntungan dari perubahan pasar, harga ditetapkan secara independen dan bukan sebagai unsur intrinsik dari strategi penentuan posisi pasar, serta harga tidak  bervariasi untuk berbagai macam produk, segmen pasar, dan saat pembelian (Kotler, 1997:453).
Perlu diingat bahwa tugas utama pemasar adalah membawa harga keperingkat yang lebih rendah dengan mendorong faktor-faktor yang lain ke atas. Ada beberapa keputusan pembelian, harga yang rendah biasanya lebih unggul. Meskipun ada juga beberapa kondisi yang menyebabkan konsumen rela untuk membayar dengan harga yang lebih mahal karena mereka diyakinkan oleh merek suatu produk atau manfaat yang ditawarkan.

2.4.3    Promosi
Promosi dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk komunikasi pemasaran, komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informosi, mempengaruhi/membujuk/ atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono 1997: 219) .
Promosi adalah segala bentuk aktivitas yang mengiringi operasi penjualan untuk meningkatkan kemungkinan suatu penjualan (Colin, 2003: 28). Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan (Swasta Irawan, 2001: 349).
Perusahaan mengembangkan program pemasarannya melalui penggunaan iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat. Keempat alat promosi ini sering disebut juga dengan bauran promosi (promotion mix), anatara lain:
1          Iklan (advertising), adalah bentuk presentasi dan promosi gagasan, barang dan jasa yang dibayar oleh sponsor.
2          Penjualan perorangan (personal selling) adalah suatu proses membantu dan membujuk satu atu lebi calon konsumen untuk membeli barang dan jasa bertindak sesuai ide tertentu dengan menggunakan presentasi oral (komunikasi tatap muka).
3          Promosi penjualan (sales promotion) adalah intensif yang dirancang untuk mendorong pembelian atau penjualan sebuah produk, biasanya untuk jangka pendek.
4          Hubungan masyarakat (public relations) adalah stimulasi permintaan yang tidak dibayar dan non pribadi atas sebuah produk, jasa atau unit bisnis dengan menghasilkan berita-berita menarik tentang hal tersebut di media (Philip Kotler, 2001: 65-66).
Jenis periklanan antara lain sebagai berikut:
1          Periklanan institusional, lebih terfokus pada organisasi itu sendiri daripada barang-barang dan jasanya.
2          Periklanan produk, menginformasikan kepada pasr sasaran tentang produk dan jasa yang ditawarkan.
3          Periklanan permintaan primer dan periklanan permintaan selektif. Periklanan permintaan primer adalah menciptakan permintaan untuk sebuah kelompok produk yang luas dari pada untuk sebuah produk tertentu. Sedangkan periklanan permintaan selektif adalh digunakan untuk menciptakan permintaan merek spesifik dari sebuah produk.
4          Periklanan kompetitif, diterapkan pada iklan yang secara spesifik menyoroti bagaimana sebuah produk lebih baik dibanding pesaing-pesaingnya. Tujuanm periklanan ini, membangun permintaan selektif.
5          Periklanan korporasi, melibatkan dua atau lebih perusahaan yang berbagai biaya dari kampanye periklanan.
6          Dalam pemasaran terdapat empat unsur bauran promosi yang berbeda (iklan, penjualan pribadi, promosi, dan hubungan masyarakat), masing-masing dengan kekuatan dan kelemahannya sendri, sangatlah sulit untuk mengembangkan bauran promosi yang efektif.

2.5.      Analisis SWOT
            Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threath).
Untuk memberikan gambaran hasil analisis keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan secara menyeluruh yang digunakan sebagai dasar atau landasan penyusunan objektif dan strategi perusahaan dalam corporate planning.
1.      Strength (kekuatan), merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada
2.      Weakness (kelemahan), merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada
3.      Opportunities (peluang), merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi
4.      Threath (ancaman), merupakan kondisi yang mengancam dari luar

Matrik SWOT adalah ALAT untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.






Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Table 2.1 Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
                          Eksternal
Internal
Opputinity
Treath
Strength
Comparative advantages
Mobilization
Weakness
Divestment/Investment
Damage Control

Gambar 2.1 Kuadran SWOT


1.        Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap, sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.



2.        Kuadran II (positif, negatif)
   Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar.
   Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat, sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
   Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
3.        Kuadran III (negatif, positif)
   Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
   Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.
   Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
4.        Kuadran IV (negatif, negatif)
   Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis.
   Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok.
   Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

BAB III

METODE PENULISAN


3.1.      Pendekatan Penulisan
            Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif kualitatif berdasarkan kajian kepustakaan. Pemilihan pendekatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara cermat mengenai keadaan atau gejala tertentu pada objek kajian ini. Dalam hal ini penulis berusaha membuat gambaran mengenai keadaan yang terjadi di Puri Maerokoco Semarang. Dalam pendeskripsiannya didasarkan pada proses pengamatan secara langsung maupun pengamatan pada sumber-sumber lain yang berkaitan dengan objek kajian, serta didukung dengan pustaka yang releven.

3.2.      Sumber Penulisan
            Data dalam penulisan karya tulis ini menggunakan data sekunder yang mencakup: 1) buku-buku yang relevan dengan topik penulisan, 2) karya ilmiah, 3) artikel dari internet, 4) artikel dari surat kabar, dan 5) hasil penelitian.

3.3.      Sasaran Penulisan
            Karya tulis ini mengkaji mengenai keadaan Puri Maerokoco Semarang yang sangat membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Adapun sasaran dalam penulisan karya tulis ini adalah:
1.    Masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya.
2.    Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
3.    Pemerintah Kota yang daerahnya memiliki anjungan di Puri Maerokoco.
4.    Pihak swasta.



3.4.      Tahapan Penulisan
            Penyusunan karya tulis ini telah melalui tahapan-tahapan yang sistematis, sehingga diperoleh hasil kajian yang lengkap dan terstruktur. Dan langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan karya tulis tersaji dalam diagram alir berikut:

Menemukan dan merumuskan masalah
Mencari dan menyeleksi sumber-sumber kepustakaan yang relevan
Menganalisis data untuk menjawab permasalahan
Merumuskan alternatif pemecahan masalah
Menarik kesimpulan dan merekomendasikan saran
Menyusun karya tulis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar