BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pernah berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII)? Kalaupun belum, kita
pasti pernah mendengar namanya. Tempat ini digunakan untuk mengenalkan berbagai
rumah dan pakaian di seluruh Indonesia. Karena memang di sinilah seluruh rumah
adat di Indonesia “berkumpul” dalam satu tempat.
Semarang juga punya tempat semacam itu. Namanya Puri Maerokoco. Nama ini
diambil dari salah satu bagian epos Mahabarata yang menceritakan tentang
keinginan salah seorang dewi memiliki seribu bangunan hanya dalam waktu satu
malam.
Puri Maerokoco yang
juga merupakan Taman Wisata Budaya Jawa Tengah adalah salah satu bagian taman dari kawasan PRPP (Pusat
Rekreasi dan Promosi Pembangunan) Jawa Tengah
yang terletak di komplek Tawang Mas Semarang yaitu
komplek pengembangan kawasan baru di Semarang
Barat yang terdiri dari pemukiman, perkantoran, perdagangan, olah
raga, rekreasi dan pariwisata.
Taman ini diwujudkan dengan pulau yang merupakan
gambaran miniatur Jawa Tengah dibatasi oleh laut Jawa
dan Samudra Indonesia. Di luar miniatur ini terdapat
jalan keliling lebar 6 m yang bisa dipakai untuk kereta mini dan sebagainya.
“Taman Mini” Maerokoco menjadi salah satu bagian dari PRPP Jawa
Tengah yang diresmikan pada tahun 1980an oleh Gubernur Ismail. Konon, Puri
Mearokoco dibangun untuk memberikan pengetahuan kebudayaan bagi
masyarakat dengan membuat tempat ini mirip dengan keadaam yang sebenarnya.
Fungsi tersebut tentu saja di luar fungsinya sebagai sarana promosi
potensi wilayah Jawa Tengah. Terdiri dari 35 anjungan, Puri Merokoco berusaha
menampilkan “wajah” 35 kabupaten/kota di seluruh Jawa Tengah.
Namun sayang,
kondisi obyek wisata ini mulai memprihatinkan. Selain sepi, sejumlah anjungan
tampak tak terawat. Menurut penuturan salah seorang penjaga anjungan,
saat ini anggaran yang diberikan dari masing-masing pemerintah daerah sebagai
pemilik anjungan sangat minim. Akibatnya, para penjaga mengaku tidak dapat
berbuat lebih dan hanya bisa berharap pemerintah daerah sadar akan potensi
telah mendirikan anjungan di Puri Maerokoco.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
hal tersebut, permasalahan yang dikaji dalam karya tulis ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang menyebabkan Maerokoco
menjadi sepi pengunjung?
2. Bagaimana strategi pengembangan untuk memajukan
kembali Maerokoco?
1.3.
Tujuan Penulisan
Karya tulis
ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mencari solusi nyata untuk memajukan
kembali Maerokoco sebagai tempat wisata kebanggaan Kota Semarang.
2. Mebuat
terobosan-terobosan untuk mengembangkan Maerokoco.
1.4.
Manfaat Penulisan
Karya tulis ini diharapkan
dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:
1. Secara
teoritis, karya tulis ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi khasanah ilmu pengetahuan sosial. Selain
itu, dapat memberikan informasi mengenai tempat wisata di Kota Semarang.
2. Secara praktis, karya tulis ini diharapkan
dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi banyak pihak khususnya Pemerintah Kota Semarang serta
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk segera membenahi Puri Maerokoco.
1.5.
Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan karya tulis ini
terbagi menjadi lima bab yang dijabarkan sebagai berikut ini:
1.
Bab I
Pendahuluan terdiri atas:
·
Latar
Belakang
·
Perumusan
Masalah
·
Tujuan
Penulisan
·
Manfaat
Penulisan
·
Sistematika
Penulisan.
2.
Bab
II Tinjauan Pustaka yang berisi tentang:
·
pengertian pariwisata dan kebudayaan
·
manajemen
·
pemasaran
·
marketing
mix yang dijabarkan lagi menjadi:
·
produk
·
harga
·
promosi
·
analisis SWOT
3.
Bab
III Metode Penulisan terdiri dari:
·
pendekatan
penulisan
·
sumber
penulisan
·
sasaran
penulisan
·
tahapan
penulisan
4.
Bab
IV Pembahasan yang terdiri dari:
·
Puri Maerokoco
·
Anjungan Jepara di Maerokoco
·
Gambaran Umum Puri Maerokoco
·
Ide Pengembangan untuk Maerokoco
5.
Bab V
ditutup dengan simpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Pariwisata dan
Kebudayaan
Pariwisata,
Budaya, Wisata Budaya dan Pariwisata Budaya Dari sejumlah definisi “Cultural
Tourism” atau Pariwisata
Budaya atau “Wisata Budaya”
yang ada, tidaklah terlalu mudah untuk menentukan definisi mana yang paling
tepat untuk digunakan terutama bila dikaitkan dengan kepariwisataan Indonesia.
Sebelum menilik pada keterkaitan antara kata “pariwisata” dan “budaya“,
ada baiknya kita telah terlebih dahulu masing-masing kata tersebut.
Kata pariwisata atau dalam
bahasa Inggris diistilahkan dengan tourism sering sekali
diasosiasikan sebagai rangkaian perjalanan (wisata, tours/traveling) seseorang atau sekelompok orang (wisatawan, tourist/s) ke suatu tempat untuk
berlibur, menikmati keindahan alam dan budaya (sightseeing), bisnis, mengunjungi kawan atau kerabat dan berbagai
tujuan lainnya. Organisasi pariwisata sedunia, World Tourism Organization (WTO), mendefinisikan pariwisata (tourism) sebagai ”activities
of person traveling to and staying in places outside their usual environment
for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes”.
Menurut Koentjaraningrat (1978:180)
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Sedangkan pariwisata adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek
dan daya tarik wisata serta usaha yang terkait dibidang tersebut. (UU RI No. 09
Tahun 1990)
Kata kebudayaan dapat dipahami dalam tiga aspek, yaitu
aspek material, perilaku dan ide. Dalam bentuk material mencakup antara
lain, peralatan hidup, arsitektur, pakaian, makanan olahan, hasil-hasil
teknologi dan lain-lain. Dalam wujud perilaku mencakup kegiatan ritual
perkawinan, upacara-upacara keagamaan atau kematian, seni pertunjukan,
keterampilan membuat barang-barang kerajinan dan lain-lain. Dalam wujud ide
mencakup antara lain sistem keyakinan, pengetahuan, nilai-nilai dan
norma-norma. Koentjaraningrat (1978:186).
2.2.
Manajemen
Manajemen berasal dari kata to
manage, yang berarti mengukur. Dalam hal mengatur akan timbul masalah,
proses dan pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa yang mengatur, mengapa
harus diatur, dan apa tujuan dari pengaturan tersebut. Manajemen juga
menganalisa, menetapkan tujuan atau sasaran, serta mendeterminasi tugas-tugas
dan kewajiban-kewajiban secara baik, efektif dan efisien.
Menurut
Stephen P. Robbins, marry collter (2004:6) mengatakan bahwa:
“Manajemen sebagai
proses mengkoordinasi kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga secara efisien dan
efektif dengan melalui orang lain.”
Menurut Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan penawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen memiliki tujuan
tertentu , berhasil tidaknya tujuan itu tergantung kepada kemampuan memanfaatkan
segala yang ada, dan manajemen itu sendiri merupakan suatu alat untuk mencapai
tujuan dengan efektif dan efisien.
2.3.
Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu faktor penting yang dilakukan pengusaha
dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya, berkembang, dan untuk
mendapatkan laba. Dengan adanya kegiatan pemasaran maka akan dapat diketahui
kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat digunakan oleh perusahaan
sebagai dasar pengolahan bagi kegiatan produksi. Untuk itu perusahaan berusaha
untuk mengetahui apa yang dibutuhkan konsumen serta selalu mengadakan reaksi
apabila terjadi perubahan dalam kebutuhan tersebut.
Pengertian pemasaran menurut beberapa ahli kelihatannya berbeda satu sama
lainnya, meskipun sebenarnya sama. Hal ini karena sudut pandang tersebut
berbeda. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian pemasaran akan dikemukakan
dari beberapa ahli.
Menurut Philip Kotler, (2001) pemasaran adalah satu proses sosial dimana
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok
lainnya.
Menurut William J. Stanton, (2004) pemasaran adalah suatu sistem total
dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan
dam mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik
kepada konsumen saat ini maupun konsumen pontensial.
Definisi ini menunjukkan bahwa pemasaran adalah sebagai suatu sistem dari
kegiatan yang berhubungan, yang bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa kepada kelompok pembeli.
2.4
Marketing Mix
2.4.1 Produk
Dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan penjualan, setiap perusahaan perlu mengadakan
usaha pengembangan produk yang dihasilkan kearah yang lebih baik, sehingga
memberikan daya guna dan daya tarik yang lebih besar. Cara dan penyediaan
produk yang tepat bagi pasar yang dituju, dapat memuaskan para konsumennya dan
dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jamgka panjang melalui
peningkatan penjualan.
Produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan di pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki,
digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen yang meliputi barang secara fisik,
jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran (Assuari,
1996: 82). Sedangkan menurut Kotler (1997: 9), produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan.
Menurut Kotler, produk
dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan berdasarkan manfaat penggunaannya,
antara lain:
a.
Inti Produk ( Core
Benefit)
Merupakan manfaat dasar yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan pemakainya.
b.
Produk Dasar (Basic
Product)
Pada tingkat ini pemasar harus
mengubah manfaat inti menjadi produk dasar.
c.
Produk yang Diharapkan (expected product)
Merupakan suatu set atribut kondisi
yang biasanya diharapkan dan disetujui pembeli ketika membeli suatu produk.
d.
Produk yang Ditingkatkan (Augmented product)
Merupakan tambahan dari produk inti
yang memenuhi keinginan pelanggan itu melampui harapan mereka.
e.
Produk potensial (potential
product)
Mencakup semua peningkatan dan
transformasi yang akhirnya akan dialami produk itu dimasa depan.
Produk merupakan salah
satu unsur penting karena dapat mempengaruhi pemasaran. Produk yang berkualitas
tinggi akan diminati oleh banyak konsumen. Sehingga penjualan juga akan
meningkat. Dengan demikian, jenis produk yang dihasilkan akan menentukan
kegiatan promosi yang dibutuhkan, penentuan harga dan cara penyalurannya.
Konsumen dalam membeli barang atau jasa dipergunakan sebagai alat untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Dengan kata lain, produk yang dibeli
tidak dilihat dari harga yang mahal tetapi sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya.
Bauran produk adalah
kumpulan dari semua produk dan unit produk yang ditawarkan penjual tertentu
pada pembeli (Kotler, 1997: 453). Pada dasarnya bauran produk suatu perusahaan
memiliki lebar, panjang, kedalaman dan konsistensi tertentu.
1)
Lebar bauran produk, mengacu pada berapa banyak macam
lini produk perusahaan tersebut.
2)
Panjang bauran produk, mengacu pada jumlah unit produk
dalam bauran produknya.
3)
Kedalaman bauran produk, mengacu pada berapa banyak
varian yang ditawarkan tiap produk dalam lini tersebut.
4)
Konsistensi bauran produk, mengacu pada seberapa erat
hubungan berbagai lini produk dalam hal penggunaan akhir, pernyataan produksi
atau hal lainnya.
Keempat dimensi bauran
produk tersebut memungkinkan perusahaan untuk memperluas bisnisnya dengan empat
cara. Perusahaan dapat menambah lebih banyak varian produk pada tiap produk dan
dapat memperdalam bauran produknya. Akhirnya, perusahaan dapat mengejar lagi
konsistensi lini produknya yang lebih kuat.
Dalam penyediaan
barang atau produk dalam kegiatan usahanya para pengusaha memerlukan suatu perencanaan
yaitu perencanaan barang. Perencanaan barang mencakup semua kegiatan produsen
dan penyalur untuk menentukan susunan produk linenya.
Produk line adalah
sekelompok barang yang pokoknya mempunyai tujuan penggunaan sama dan memiliki
karakteristik yang hampir sama (Basu Swasta, 2001:117). Jadi dalam suatu produc line terdapat barang-barang yang
cenderung sama baik tujuan penggunanya maupun karakteristik fisiknya. Sedangkan
satu jenis barang yang terdapat dalam produc
line disebut produc item. Dan seluruh
barang yang ditawarkan perusahaan dinamakan produk mix.
2.4.2 Harga
Harga adalah jumlah
rupiah yang bisa dibayar oleh pasar (Colin, 2003: 106). Harga menurut sudut
pandang pemasaran merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (barang dan
jasa) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu
barang dan jasa. Harga memliki dua peranan utama dalam proses pengambilan
keputusan para pembeli yaitu peranan alokasi dan peranan informasi (Tjiptono,2002:
151-152).
Harga merupakan
satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan, sedangkan pendapatan lain
menimbulkan biaya. Harga merupakan salah satu elemen yang flexibel, karena
harga dapat diubah dengan cepat. Namun ada beberapa perusahaan yang tidak
menangani penetepan harga dengan baik, harga tidak sering divariasi untuk
mengambil keuntungan dari perubahan pasar, harga ditetapkan secara independen
dan bukan sebagai unsur intrinsik dari strategi penentuan posisi pasar, serta
harga tidak bervariasi untuk berbagai
macam produk, segmen pasar, dan saat pembelian (Kotler, 1997:453).
Perlu diingat bahwa
tugas utama pemasar adalah membawa harga keperingkat yang lebih rendah dengan
mendorong faktor-faktor yang lain ke atas. Ada beberapa keputusan pembelian,
harga yang rendah biasanya lebih unggul. Meskipun ada juga beberapa kondisi
yang menyebabkan konsumen rela untuk membayar dengan harga yang lebih mahal
karena mereka diyakinkan oleh merek suatu produk atau manfaat yang ditawarkan.
2.4.3 Promosi
Promosi dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk komunikasi pemasaran, komunikasi pemasaran
adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informosi,
mempengaruhi/membujuk/ atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan
produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan
perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono 1997: 219) .
Promosi adalah segala
bentuk aktivitas yang mengiringi operasi penjualan untuk meningkatkan
kemungkinan suatu penjualan (Colin, 2003: 28). Promosi adalah semua jenis
kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan (Swasta Irawan,
2001: 349).
Perusahaan
mengembangkan program pemasarannya melalui penggunaan iklan, penjualan pribadi,
promosi penjualan, dan hubungan masyarakat. Keempat alat promosi ini sering
disebut juga dengan bauran promosi (promotion
mix), anatara lain:
1
Iklan (advertising),
adalah bentuk presentasi dan promosi gagasan, barang dan jasa yang dibayar oleh
sponsor.
2
Penjualan perorangan (personal selling) adalah suatu proses membantu dan membujuk satu
atu lebi calon konsumen untuk membeli barang dan jasa bertindak sesuai ide
tertentu dengan menggunakan presentasi oral (komunikasi tatap muka).
3
Promosi penjualan (sales
promotion) adalah intensif yang dirancang untuk mendorong pembelian atau
penjualan sebuah produk, biasanya untuk jangka pendek.
4
Hubungan masyarakat (public
relations) adalah stimulasi permintaan yang tidak dibayar dan non pribadi
atas sebuah produk, jasa atau unit bisnis dengan menghasilkan berita-berita
menarik tentang hal tersebut di media (Philip Kotler, 2001: 65-66).
Jenis periklanan
antara lain sebagai berikut:
1
Periklanan institusional, lebih terfokus pada
organisasi itu sendiri daripada barang-barang dan jasanya.
2
Periklanan produk, menginformasikan kepada pasr sasaran
tentang produk dan jasa yang ditawarkan.
3
Periklanan permintaan primer dan periklanan permintaan
selektif. Periklanan permintaan primer adalah menciptakan permintaan untuk
sebuah kelompok produk yang luas dari pada untuk sebuah produk tertentu.
Sedangkan periklanan permintaan selektif adalh digunakan untuk menciptakan
permintaan merek spesifik dari sebuah produk.
4
Periklanan kompetitif, diterapkan pada iklan yang
secara spesifik menyoroti bagaimana sebuah produk lebih baik dibanding
pesaing-pesaingnya. Tujuanm periklanan ini, membangun permintaan selektif.
5
Periklanan korporasi, melibatkan dua atau lebih perusahaan
yang berbagai biaya dari kampanye periklanan.
6
Dalam pemasaran terdapat empat unsur bauran promosi
yang berbeda (iklan, penjualan pribadi, promosi, dan hubungan masyarakat),
masing-masing dengan kekuatan dan kelemahannya sendri, sangatlah sulit untuk
mengembangkan bauran promosi yang efektif.
2.5. Analisis
SWOT
Analisis
SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang
selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program
kerja Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength)
dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor
peluang (Opportunity) dan tantangan (Threath).
Untuk memberikan gambaran hasil analisis keunggulan, kelemahan, peluang
dan ancaman perusahaan secara menyeluruh yang digunakan sebagai dasar atau
landasan penyusunan objektif dan strategi perusahaan dalam corporate
planning.
1.
Strength (kekuatan), merupakan kondisi kekuatan
yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada
2.
Weakness (kelemahan), merupakan kondisi
kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada
3.
Opportunities
(peluang), merupakan
kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi
4.
Threath (ancaman), merupakan kondisi yang
mengancam dari luar
Matrik SWOT adalah ALAT
untuk menyusun faktor-faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi organisasi
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Pendekatan Kualitatif Matriks
SWOT
Table 2.1 Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
|
Eksternal
Internal
|
Opputinity
|
Treath
|
|
Strength
|
Comparative
advantages
|
Mobilization
|
|
Weakness
|
Divestment/Investment
|
Damage
Control
|

Gambar 2.1
Kuadran SWOT
1.
Kuadran I
(positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi
dalam kondisi prima dan mantap, sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
2.
Kuadran II
(positif, negatif)
Posisi
ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang
besar.
Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya
organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat,
sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus
berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Oleh
karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi
taktisnya.
3.
Kuadran III
(negatif, positif)
Posisi
ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang.
Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi
disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.
Sebab,
strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada
sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
4.
Kuadran IV
(negatif, negatif)
Posisi
ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi
internal organisasi berada pada pilihan dilematis.
Oleh
karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok.
Strategi
ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
BAB III
METODE
PENULISAN
3.1. Pendekatan Penulisan
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah
deskriptif kualitatif berdasarkan kajian kepustakaan. Pemilihan pendekatan ini
diharapkan dapat memberikan gambaran secara cermat mengenai keadaan atau gejala
tertentu pada objek kajian ini. Dalam hal ini penulis berusaha membuat gambaran
mengenai keadaan yang terjadi di Puri Maerokoco Semarang. Dalam pendeskripsiannya didasarkan pada proses
pengamatan secara langsung maupun pengamatan pada sumber-sumber lain yang
berkaitan dengan objek kajian, serta didukung dengan pustaka yang releven.
3.2. Sumber Penulisan
Data
dalam penulisan karya tulis ini menggunakan data sekunder yang mencakup: 1)
buku-buku yang relevan dengan topik penulisan, 2) karya ilmiah, 3) artikel dari
internet, 4) artikel dari surat kabar, dan 5) hasil penelitian.
3.3. Sasaran Penulisan
Karya
tulis ini mengkaji mengenai keadaan Puri Maerokoco Semarang yang sangat membutuhkan perhatian
dari berbagai pihak. Adapun sasaran
dalam penulisan karya tulis ini adalah:
1. Masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya.
2. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
3. Pemerintah
Kota yang daerahnya memiliki anjungan di Puri Maerokoco.
4. Pihak
swasta.
3.4. Tahapan Penulisan
Penyusunan
karya tulis ini telah melalui tahapan-tahapan yang sistematis, sehingga
diperoleh hasil kajian yang lengkap dan terstruktur. Dan langkah-langkah yang
dilakukan dalam penulisan karya tulis tersaji dalam diagram alir berikut:
Menyusun karya tulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar