Selamat Datang di Blog Sandi Wahyu

Informasi tentang apa aja di Semarang dan sekitarnya.





Semoga Blog ini dapat bermanfaat...
Tuhan Yesus memberkati...
GBU...

Kamis, 18 April 2013

perekonomian Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang Masalah
Artikel yang ditulis di Kompas pada Kamis 14 Juni 2012  berjudul “Hemat BBM Tak Efektif”, mengatakan program penghematan energi yang dilakukan pemerintah dinilai tidak efektif untuk mengendalikan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi. Dengan tingginya perbedaan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi, praktik penyalahgunaan BBM bersubsidi akan tetap marak.
Menurut pemerhati kebijakan publik dan perlindungan konsumen, Agus Pambagio, program penghematan energi, termasuk BBM bersubsidi, tidak memberi manfaat bagi masyarakat. Penghematan anggaran Negara dari program tersebut juga sangat sedikit dan tidak cukup untuk membangun infrastruktur. Dengan tidak ada kenaikan harga BBM bersubsidi, perbedaan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi makin lebar. Hal ini menyebabkan tingkat konsumsi BBM bersubsidi makin tinggi seiring pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor dan praktik penimbunan serta penyelundupan BBM bersubsidi kian marak. Bahkan, sekarang banyak daerah yang protes karena kekurangan pasokan BBM bersubsidi. Dengan harga BBM bersubsidi tidak naik, suplainya ditahan. BBM bersubsidi dalam APBN Perubahan 2012 yang sebesar 40 juta kiloliter akan habis sebelum Desember. Atas dasar itu, ke depan pemerintah harus berani memutuskan menaikkan harga BBM bersubsidi. Hal itu bertujuan agar ada dana untuk pembangunan infrastruktur. Tambahnya, “Daripada anggaran pemerintah habis untuk subsidi BBM, dananya lebih baik untuk membangun infrastruktur agar kegiatan ekonomi makin tumbuh.”.
Ekonom dari Financial Reform Institute, Ikhsan Modjo mengatakan, realisasi konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan membengkak sampai 48 juta kiloliter. Hal ini akan menambah beban subsidi Rp 20 triliun atau lebih, tergantung dari harga minyak mentah Indonesia (ICP). Hal ini mengakibatkan komplikasinya ke anggaran fiskal APBN karena nominal rupiah akan meningkat dengan membengkaknya kuota BBM bersubsidi.
Langkah penghematan BBM diambil karena pemerintah saat ini tidak bisa menaikkan harga BBM bersubsidi. Salah satunya adalah pembenahan dan pengawasan sistem distribusi BBM bersubsidi.

1.2       Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang tersebur maka rumusan masalah sebagai berikut:
  1. Apakah batalnya kenaikkan harga BBM berpengaruh pada pengeluaran pemerintah?
  2. Apa saja yang mempengaruhi pengeluaran pemerintah?

1.3.            Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk:
1.      Untuk mengetahui dampak batalnya kenaikkan harga BBM.
2.      Untuk mengetahui apa saja pengeluaran pemerintah.
3.      Untuk mengetahui solusi apa saja yang dapat diambil.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1       Teori Pengeluaran Pemerintah
Musgrave dan Rostow mengatakan Perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara, yaitu:
  Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dll
  Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang
  Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dsb.

Peacock dan Wiseman mengemukakan bahwa kebijakan pemerintah untuk menaikkan pengeluaran negara tidak disukai oleh masyarakat, karena hal itu berarti masyarakat harus membayar pajak lebih besar. Masyarakat mempunyai sikap toleran untuk membayar pajak sampai pada suatu tingkat tertentu. Apabila pemerintah menetapkan jumlah pajak di atas batas toleransi masyarakat, ada kecenderungan masyarakat untuk menghindar dari kewajiban membayar pajak. Sikap ini mengakibatkan pemerintah tidak bisa semena-mena menaikkan pajak yang harus dibayar masyarakat Dalam kondisi normal, dengan berkembangnya perekonomian suatu negara akan semakin berkembang pula penerimaan negara tersebut, walaupun pemerintah tidak menaikkan tarif pajak. Peningkatan penerimaan negara akan memicu peningkatan pengeluaran dari negara tersebut.
Dalam kondisi tidak normal, misalnya dalam keadaan perang, pemerintah memerlukan pengeluaran negara yang lebih besar. Keadaan ini membuat pemerintah cenderung meningkatkan pungutan pajak kepada masyarakat. Peningkatan pungutan pajak dapat mengakibatkan investasi swasta berkurang, dan perkembangan perekonomian menjadi terkendala. Perang tidak bisa dibiayai dari pajak saja. Pemerintah terpaksa cari pinjaman untuk biaya perang. Setelah perang selesai pemerintah harus membayar angsuran pinjaman dan bunga. Oleh karenanya pajak tidak akan turun ke tingkat semula walaupun perang sudah selesai. Setelah perang selesai, pengeluaran negara akan turun dari tingkat pengeluaran negara saat perang, namun masih lebih tinggi dari tingkat pengeluaran negara sebelum perang. Sementara itu pengeluaran swasta akan meningkat, namun masih masih dibawah tingkat pengeluaran swasta sebelum perang.

2.2       Kewajiban Negara dan Kaitannya dengan Pengeluaran Negara
Kewajiban negara dalam rangka menjaga kelangsungan kedaulatan negara (pemerintah) dan meningkatkan kemakmuran masyarakat, mencakup:
  mempersiapkan, memelihara, dan melaksanakan keamanan negara
  menyediakan dan memelihara fasilitas untuk kesejahteraan sosial dan perlindungan sosial, termasuk fakir miskin, jompo, yatim piatu, masyarakat miskin, pengangguran
  menyediakan dan memelihara fasilitas kesehatan
  menyediakan dan memelihara fasilitas pendidikan
  Sebagai konsekuensi pelaksanaan kewajibannya, pemerintah perlu dana yang memadai, dianggarkan melalui APBN/APBD, dan pada saatnya harus dikeluarkan melalui Kas Negara/Kas Daerah

2.3      Jenis-Jenis Pengeluaran Negara Menurut Sifatnya
            Pengeluaran negara menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi:
a)      Pengeluaran Investasi
  Pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di masa datang
  Misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM, dll

b)      Pengeluaran Penciptaan  Lapangan Kerja, yaitu pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat
c)      Pengeluaran Kesejahteraan  Rakyat
  Pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat menjadi bergembira
  Misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi, subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana, dll
d)     Pengeluaran Penghematan Masa  Depan
  Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat langsung bagi negara, namun bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi pengeluaran pemerintah yang lebih besar di masa yang akan datang
  Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat, pengeluaran untuk anak-anak yatim, dll
e)      Pengeluaran Yang Tidak  Produktif
  Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah
  Misalnya pengeluaran untuk biaya perang

2.4                   Pengaruh Pengeluaran Negara terhadap Sektor Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa. Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak hanya menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati suatu barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah mampu akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi. Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan menyebabkan harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi masyarakat terhadap BBM turun. Maka perlu dikaji ulang tentang masalah subsidi supaya bukan masyarakat mampu yang nantinya malah yang banyak menikmati subsidi dari pemerintah.

2.5       Pengeluaran Pemerintah Indonesia
            Pengeluaran Pemerintah dapat dikategorikan ke dalam berbagai jenis pengeluaran. Pertama, rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan kementrian Negara atau lembaga pemerintah pusat. Belanja pemerintah pusat menurut organisasi dipengaruhi oleh perkembangan susunan kementrian lembaga, perkembangan jumlah bagian anggaran (BA), dan perubahan nomenklatur atau pemisahan suatu unit organisasi dari organisasi induk, atau penggabungan organisasi. Belanja pemerintah pusat menurut organisasi secara garis besar terdiri dari dua bagian anggaran umum, yaitu:
a)      Bagian Anggaran Kementrian/Lembaga (K/L)
b)      BA Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (APP)

Bagian anggaran kementrian/lembaga merupakan bagian anggaran belanja pemerintah pusat yang dikelola oleh kementrian/lembaga dalam rangka pelaksanaan program-program pemerintah yang telah digariskan dalam rencana kerja pemerintah (RKP). Sementara itu, BA APP merupakan bagian anggaran belanja pemerintah pusat yang dikelola oleh menteri keuangan selaku bendahara umum negara, dalam rangka pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang tidak dilaksanakan K/L, seperti pembayaran pensiun dan pembayaran bunga utang, sementara rincian belanja daerah menrut organisasi disesuaikan dengan susunan perangkat daerah/lembaga tekhnis daerah . 
Kedua, rincian belanja negara/daerah menurut fungsi, antara lain terdiri atas pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan,ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial. Pada dasarnya, belanja pemerintah pusat menurut fungsi dapat menggambarkan:
a)      besarnya alokasi anggaran padaprogram-program dalam fungsi pada K/L atau menteri keuangan selaku bendahara umum Negara
b)      banyaknya K/L yang menjalankan program-program dalam fungsi yang bersangkutan.
Ketiga, rincian belanja negara/daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi), antara lain terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
Menurut Badan Pusat Statistik dari sumber Departemen Keuangan RI, jumlah pengeluaran negara tahun 2011 berjumlah 823,627 jumlah ini merupakan perolehan dari berbagai pengeluaran dari uraian diatas dan rinciannya sebagai berikut, yaitu:                                     (dalam Milyaran Rupiah)
·         Belanja Pegawai                                  180,624
·         Belanja Barang                                    131,533
·         Belanja Modal                                     121,659 
·         Pembayaran Bunga Utang                  116,403
·         Subsidi                                              184,817
·         Belanja Hibah                                      771
·         Bantuan Sosial                                    61,526
·         Belanja Lain-Lain                                  26,294

Beberapa langkah yang akan dilakukan pemerintah menurut Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam akhir Mei lalu, antara lain:
1)      Pengendalian sistem distribusi BBM setiap SPBU. Setiap kali kendaraan mengisi BBM bersubsidi akan tercatat secara otomatis dan dapat diketahui jumlah pembeliannya.
2)      Pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN dan BUMD.
3)      Pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan perkebunan dan pertambangan.
4)      Konversi BBM ke bahn bakar gas untuk transportasi.
5)      Hemat listrik dan air di kantor pemerintah, BUMN dan BUMD, serta penghematan penerangan jalan.

Pengeluaran subsidi merupakan pengeluaran yang tertinggi dalam anggaran tahun 2011. Lalu, apakah subsidi tersebut telah tepat sasaran?
            Dalam pidato tersebut Presiden menghimbau masyarakat untuk hemat energi, tapi pemerintah sendiri malah tidak mau melakukan penghematan yang nyata.

BAB III
PENUTUP

3.1       Simpulan
            Penghematan anggaran Negara dari program penghematan energi sangat sedikit dan tidak cukup untuk membangun infrastruktur. Dengan tidak ada kenaikan harga BBM bersubsidi, perbedaan harga BBM bersubsidi dan nonsubsidi makin lebar. Hal ini menyebabkan tingkat konsumsi BBM bersubsidi makin tinggi dan tidak memberi manfaat bagi masyarakat.
            Setiap tahun tingkat pengeluaran negara semakin tinggi, ini belum sebanding dengan kesejahteraan rakyat di mana masih banyak sekali rakyat yang mengalami kemiskinan, diharapkan pemerintah mampu membangun negara yang berkembang ini menjadi negara maju dengan jumlah kemiskinan yang minim. Karena setiap pengeluaran yang ada bahkan tinggi haruslah diikuti dengan hasil yang lebih baik.

3.2       Saran
            Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
1.      Kesadaran dari masing-masing pihak untuk melakukan penghematan.
2.      Bukti nyata dari pemerintah untuk penghematan.
3.      Kesadaran untuk mengurangi korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Faisal. 1998. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Kompas, 14 Juni 2012. Hemat BBM Tak Efektif. Hal. 17.