Selamat Datang di Blog Sandi Wahyu

Informasi tentang apa aja di Semarang dan sekitarnya.





Semoga Blog ini dapat bermanfaat...
Tuhan Yesus memberkati...
GBU...

Minggu, 31 Juli 2011

Air Terjun 7 Bidadari

Air terjun yang terletak di sebelah barat Obyek Wisata Bandungan ini masih alami. Jalan setapak tanah yang berada di antara rindangnya pohon bambu mengantarkan perjalanan menuju lokasi air terjun.
Air terjun tiga susun dengan ketinggian sekitar tiga meter ini masing-masing dikelilingi pohon dengan pemandangan persawahan terasering. Tidak jauh dari tempat itu, gemericik air di pertemuan dua sungai, yaitu Kali Beringin dan Kali Banteng, memecah kesunyian.
Semua itu menjadi sebuah perpaduan yang menakjubkan bagi penyuka jalan-jalan, sepeda gunung, dan fotografi. Lokasi yang tenang tanpa bising dan polusi kendaraan atau sesaknya pedagang kaki lima membantu menghilangkan penat dari rutinitas. Mungkin juga, kawasan ini bisa menjadi jawaban atas kebosanan setelah mengunjungi sejumlah tempat wisata di Lereng Gunung Ungaran.
Akses jalan yang mulus menuju Dusun Keseneng cukup untuk mobil pribadi atau roda dua dengan waktu tempuh sekitar 20 menit dari barak militer Bantir, Sumowono.
Warga dusun itu tentunya akan dengan senang hati menunjukkan jalan menuju air terjun yang kira-kira lima menit perjalanan dengan kendaraan. Selepas dusun, akses jalan memang masih berupa batu dan tanah dengan jalan berkelok-kelok.
Tiket masuk yang Cuma Rp 3000,- per orang merupakan harga yang sangat terjangkau bahkan sangat murah untuk menikmati keindahan air terjun serta pemandangan hamparan sawah dan batu kali di sekitarnya.
Dari pepohonan bambu kita bisa melihat deru air yang mengalir dari ketinggian sekitar 10 meter. Atau bila ingin, kita bisa turun ke bawah untuk lebih mendekat menikmati air yang jernih dan segar. Atau sekedar jeguran untuk menghilangkan stres.
Setelah puas, kita bisa menikmati mie rebus yang dijual di kedai sekitar area parkir atau sekedar minum susu hangat untuk menemani dinginnya Sumowono. Dengan harga anak kos tentunya…..
Tertarik kesana……….?????
(gambar dan illustrasi oleh Bang Sand)

Variable Costing

A.    Pengertian Biaya
Menurut Supriyono (2000;16), Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.
Menurut Henry Simamora (2002;36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.
Menurut Mulyadi (2001;8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Menurut Masiyah Kholmi, Biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat di saat sekarang atau di masa yang akan datang bagi perusahaan.

B.     Penggolongan Biaya
Menurut Mulyadi (2005:13), Biaya digolongkan sebagai berikut;
1.      Menurut Objek Pengeluaran.
Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut “biaya telepon”.
2.      Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan, biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a)      Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
b)      Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dll.
c)      Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia, dll.
3.      Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Ada 2 golongan, yaitu:
a)      Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b)      Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.
4.      Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan, Biaya dibagi menjadi 4, yaitu :
a)      Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi.
b)      Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
c)      Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan.
d)     Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
5.      Menurut Jangka Waktu Manfaatnya, biaya dibagi 2 bagian, yaitu;
a)      Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang.
b)      Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi.

C.     Perbedaan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing
Ditinjau dari penyajian laporan rugi-laba, perbedaan pokok antara metode variable costing dengan full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan rugi-laba tersebut. Laporan rugi-laba yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya menurut biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan (functional-cost classification). Tapi di lain pihak laporan rugi-laba metode variabke costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (classification by cost behaviour).
Pada metode  absorption costing, memperlakukan semua biaya produk yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung  dan overhead  pabrik (tetap dan variabel) sebagai harga pokok produk (product cost)  tanpa memperhatikan apakah biaya tersebut variabel atau tetap, sehingga metode ini sering disebut  full costing. Sedangkan metode variable costing, hanya biaya produk yang berubah-ubah sesuai dengan output saja yang diper-lakukan sebagai harga pokok produk (variable cost) atau biaya produksi yang langsung berkaitan dengan output yang dihasilkan, sehingga sering disebut direct costing atau marginal costing.
Pada dasarnya, perbedaan kedua   metode tersebut terletak pada waktu (timing) perlakuan fixed overhead cost. Variable Costing,  beranggapan bahwa fixed overhead cost harus segera dibebankan pada  periode  terjadinya. Namun tidak demikan dengan absorption costing, fixed overhead cost  harus dibebankan dan dikurangkan dari pendapatan untuk setiap unit yang terjual. Setiap unit produk yang tidak terjual  (terdapat fixed overhead cost yang melekat pada unit produk)  akan dilekatkan di persediaan dan akan dibawa ke periode berikutnya sebagai aset.  Perubahan persediaan merupakan point kunci untuk memahami perbedaan kedua metode ini.

D.    Pengertian Variable Costing
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari :
                    i.      Biaya bahan baku Rp. Xxx
                  ii.      Biaya tenaga kerja variabel Rp. Xxx
                iii.      Biaya overhead pabrik variabel Rp. Xxx
                iv.      Harga pokok produk Rp. Xxx
Variable costing sama dengan Direct costing tetapi tidak sama dengan direct cost (biaya langsung). Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang mudah diidentifikasikan (atau diperhitungkan) secara langsung kepada produk. Apabila pabrik hanya memproduksi satu jenis produk, maka semua biaya produksi adalah merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Oleh karena itu tidak selalu biaya langsung dalam hubungannya dengan produk merupakan biaya variabel.
Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap di dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya hanya yang sama dalam periode yang akan datang.
Menurut metode variable costing, period cost adalah biaya untuk mempertahankan tingkat kapasitas tertentu guna memproduksi dan menjual produk. Dalam metode variabel costing, period costs meliputi seluruh biaya tetap atau seluruh biaya kapasitas (capacity cost). Dengan demikian period cost menurut pengertian variable costing adalah biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, yang meliputi : biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap.

E.     Metode Perhitungan Rugi-Laba
Perbedaan konseptual antara penghitungan rugi-laba yang dibuat berdasarkan prosedur penetapan biaya langsung dan biaya penuh adalah sebagai berikut :
1)      Pendapatan kotor marjinal dan laba kotor. Pada penetapan biaya langsung, angka pendapatan marjinal kotor menunjukkan selisih antara penjualan dan biaya produksi yang variabel. Angka ini ekuivalen dengan laba kotor pada penghitungan biaya penuh, dan menunjukkan bahwa biaya tetap tidak dimasukkan dalam penilaian persediaan dan harga pokok penjualan. Dengan demikian maka pendapatan marjinal kotor selalu akan lebih besar daripada laba kotor. Penting pula dicamkan, bahwa dengan metode ini harga pokok penjualan akan bervariasi/berubah sesuai dengan perubahan penjualan.
2)      Marjin kontribusi. Marjin kontribusi (contribution margin) yang dikenal juga dengan sebutan pendapatan marjinal, merupakan kelebihan jumlah penjualan terhadap seluruh biaya variabel (yaitu : biaya produksi, penjualan dan administrasi). Karena besar manfaatnya sebagai suatu sarana perencanaan laba (profit planning device), maka margin kontribusi mempunyai arti yang penting dalam perhitungan laba-rugi dengan metode biaya langsung (direct costing income statement)
3)      Biaya persediaan. Pada metode biaya langsung, overhead tetap tidak dimasukkan dalam nilai persediaan (inventory). (Cara ini berlawanan dengan pandangan AICPA; ABR No.43 dengan tegas menyatakan: “… penyingkiran segala biaya overhead dari biaya persediaan tidak dipandang sebagai prosedur akuntansi yang layak.” Baik IRS (Jawatan Pajak AS) maupun SEC (Badan Pengawas Bursa Efek) akan menerima penghitungan biaya langsung, kecuali bila penggunaan itu dibenarkan oleh AICPA). Karena itu banyak perusahaan menggunakan metode biaya langsung hanya untuk laporan intern saja, lalu menyesuaikan nilai persediaannya menurut metode biaya penuh dan laporan eksternnya.
4)      Laba bersih Operasional. Perbedaan laba bersih operasi pada kedua metode disebabkan oleh jumlah biaya tetap yang dibebankan kepada nilai persediaan. Bila tidak terdapat persediaan awal dan persediaan akhir, laba bersih operasi akan sama saja.




F.      Pengumpulan Biaya Dalam Metode Variable Costing
Jika perusahaan menggunakan variable costing di dalam akuntansi biaya produksinya, biaya produksi dan biaya nonproduksi perlu dipisahkan menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam rekening buku besar perlu pula disediakan rekening-rekening kontrol untuk menampung dan memisahkan biaya tetap dan biaya variable.

G.    Penyajian Laporan Laba Rugi
Jika perusahaan menggunakan metode variable costing dalam akuntansi biayanya, untuk menyajikan laporan rugi-laba bagi kepentingan pihak luar perlu dilakukan perubahan unsure biaya yang diperhitungkan ke dalam harga pokok persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan. Perubahan ini tidak perlu dicatat dalam catatan akuntansi, namun hanya dilakukan untuk mengubah laporan rugi-laba yang disusun menurut metode variable costing ke dalam laporan rugi-laba menurut metode full costing. Contoh:
Laporan Laba-Rugi
 ( Metode Full Costing )

Hasil penjualan                                                            Rp. 500.000
Harga pokok penjualan                                               Rp. 250.000-
Laba Bruto                                                                  Rp.250.000
Biaya administrasi dan umum                                     Rp. 50.000 -
Biaya pemasaran                                                         Rp. 75.000 -
Laba Bersih Usaha                                                      Rp. 125.000
Laporan Laba-rugi tersebut menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum.

Laporan Laba-Rugi
( Metode Variable Costing )

Hasil penjualan                                                Rp. 500.000
Dikurangi Biaya-biaya Variabel :                                           
Biaya produksi variable                      Rp. 150.000
Biaya pemasaran variable                    Rp. 50.000
Biaya adm. & umum variable             Rp. 30.000
Rp. 230.000
Laba kontribusi                                               Rp. 270.000
Dikurangi Biaya Tetap :                                                         
Biaya produksi tetap                           Rp. 100.000
Biaya pemasaran tetap                        Rp. 25.000
Biaya Adm & umum tetap                  Rp. 20.000
Rp. 145.000
Laba Bersih Usaha                                          Rp. 125.000


H.    Manfaat Informasi Yang Dihasilkan Oleh Metode Variable Costing
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusannya. Oleh karena itu, metode variable costing yang menghasilkan laporan rugi-laba yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek.
Laporan rugi-laba variable costing menyajikan dua ukuran penting yaitu, Laba kontribusi dan Operating leverage. Dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan rugi-laba metode variable costing, hal ini memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan antara biaya, volume, dan laba.
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan, period costs tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek.
Dan jika ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full costing dan variable costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (concept of cost recovery). Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap di dalamnya. Di dalam metode variable costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali.

I.       Kelemahan Metode Variable Costing
Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dilaksanakan karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar tetap. Penggolongan biaya sebagai suatu biaya variabel dengan asumsi :
·         Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah
·         Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah
·         Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi
Sedangkan biaya tetap dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji manajer produksi, pemasaran, keuangan, serta gaji manajer akuntansi. Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya depresiasi dan sewa kantor yang dikontrakkan untuk jangka panjang. Namun dalam jangka yang panjang semua biaya adalah berprilaku variabel.
Metode variabel costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar metode full costing, jika biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok persediaan dan harga pokok penjualan akan menghasilkan informasi harga pokok produk yang tidak wajar. Biaya overhead pabrik tetap, seperti halnya dengan biaya overhead pabrik variabel diperlukan untuk memproduksi dan oleh karena itu menurut metode full costing memang lebih ditunjukkan untuk memenuhi informasi bagi kepentingan intern perusahaan. Kelemahan ini dapat diatasi dengan mudah oleh metode variable costing dengan cara mengubah laporan rugi-laba variable costing ke dalam laporan rugi-laba full costing seperti telah diuraikan di muka.
Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-perubahan dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variabel costing akan menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu, sedangkan dalam periode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal. Laporan rugi-laba bulanan yang disajikan berdasarkan metode variable costing diragukan manfaatnya bila dibandingkan dengan laporan rugi-laba yang disusun atas dasar metode full costing.
Tidak diperhitungkannya biaya Overhead Pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan

Kamis, 27 Januari 2011